1.
Perancangan Arsitektur
Kompleks fasilitas
rekreasi dan taman budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) terletak di tapak seluas
dua hektar di kawasan Jimbaran provinsi Bali. Proyek ini dimulai oleh NuArt
Studio
sejak tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 2008. Posisinya secara
geografis pada dataran tinggi yang dikelilingi jurang, kurang subur, berhawa
kering dan terjal di bagian ujung paling selatan pulau Bali.
ü Tapak Objek
Secara historis tapak
GWK ini dahulunya dikenal sebagai kawasan yang kurang diminati untuk
dikembangkan sebagai fasilitas publik karena dahulunya lahan penambangan batu
kapur untuk bangunan dan seni dan sekarang ditinggalkan. Akibat darinya secara
fisik tercipta suatu rona lingkungan yang berbentuk cekungan-cekungan lebar di
lereng dan berjurang-jurang.
Tapak GWK dikelilingi
sebuah fasilitas keagamaan dan fasilitas permukiman. Tapak fasilitas GWK ditata
mengikuti rona lingkungan. Akivitas yang diwadahi bervariasi dan kompleks.
Mulai dari taman bermain, taman air, museum, ruang festival dan sebuah patung
monumental. Beberapa hal yang menarik adalah konfigurasi dinding-dinding
monumental yang merupakan sisa-sisa penambangan batu kapur dijadikan bentuk gapura penyambutan yang
berkarakter. Impresi umum GWK adalah
kesan alami (earthworks), kesan primitif Bali pra sejarah, klasik
sekaligus Bali moderen. Taman air khas Bali didapati di setiap sudut di dalam
bentang alam GWK antara lain taman lotus dan air mancur.
ü Detail Arsitektur
Proyek ini merupakan
karya dari prinsipal N. Nuarta yang juga berprofesi sebagai seniman patung
skala monumental dan kerapkali menggunakan logam sebagai material utama. Tidak
mengherankan apabila arsitek kemudian menempatkan sebuah fitur patung logam
setinggi 23 m berada di atas sebuah bangunan pedestal setinggi 11 lantai dan
ketinggian total adalah 146 m dari permukaan tanah menjadi focal point-nya.
Peran patung berfigur
avatar Wisnu dijadikan elemen terdepan secara visual di dalam skala
kawasan dan disadari juga merupakan bagian dari elemen kota Denpasar yang
terletak sekitar 10 km di posisi bawahnya ke arah utara. Pola papan catur dan
sumbu kuno khas arsitektur Bali dijadikan orientasi pengembangan fasilitas dan
program GWK.
ü Fasade Objek
Sekuen penetrasi
bentang alam berorientasi ke arah barat timur garis edar matahari. Pe-zoning-anya
meliputi ruang penerima di daerah barat dan fasilitas utama berupa pedestal dan
patung berada di ujung tertinggi paling timur. Simbol-simbol siklus kehidupan
dan aktivitas sehari-hari masyarakat lokal Bali telah dikenal sebagai orientasi
barat-timur ini.
Aspek audibilitas
terhadap kawasan ditimbulkan suatu ekspos fasad bagian utara bentang alam dan
mengandung suatu simbol. Hal tersebut merupakan gambaran konsep makrokosmos
hinduisme karena jalinan substansi elemen pembentuk alam yaitu laut (air),
gunung (api) dan laut (air).
Jalinan elemen alam
tersebut didapatkan di tata hijau GWK. Seperti halnya penataan fasad semacam
ini yang secara langsung menghadap figur gunung Agung di bagian utara dan
secara keseluruhan GWK dilatarbelakangi figur segara/laut dan patung/GWK
sebagai simbol benua/daratannya.
ü Konsep Desain
Patung Garuda Wisnu
dijadikan fokus, area pamer, pusat orientasi sekaligus ditempatkan pada posisi
yang merupakan titik tertinggi secara vertikal di bentang alam. Di samping itu
hal tersebut merupakan manifestasi simbol pemelihara alam Wisnu yang diagungkan
oleh masyarakat lokal.
Nilai-nilai lokal
diangkat menjadi nilai yang senantiasa universal dan diharapkan agar dapat
diepresiasi secara internasional melalui sebuah fungsi baru berupa taman budaya
GWK. Pendekatan konseptual berdasarkan sifat dan ciri masyarakat Bali ini
mungkin akan menjadikan GWK sebagai salah satu simbol baru kegiatan pariwisata
Indonesia.
salah satu frontliner infspector project ini orang lampung
BalasHapus