Melihat dari segi Arsitekturnya, Desa
Penglipuran mempunyai ciri tersendiri, Mulai dari pintu utama atau “Angkul-Angkul”.
Pintu utama pada setiap Rumah di Desa Penglipuran berdiri dengan model/bentuk
dan bahan yang sama,dimulai dari pondasi yang menggunakan tanah dan batu dengan
sedikit semen, lalu batu bata digunakan sebagai sebagai bahan dasar
“Angkul-Angkul” tersebut, atap dipilih menggunakan bambu agar selaras dengan
penggunaan batu bata selain itu penggunaan bambu sebagai atap karena di Desa
Penglipuran sangat mudah mendapatkan bambu.
Menuju ke dalam, Desa Pengipuran masih menggunakan ajaran “Asta Kosala Kosali”
yang merujuk ke arah pengaturan tata letak, hal ini sangat jelas dengan selalu
adanya “Bale Daja” yaitu bangunan yang terletak disebelah utara yang biasanya
difungsikan untuk tempat tidur orang yang dihormati.
Melihat dari segi strukturalnya, Bale Daja biasanya memiliki pondasi
hingga 80-100 cm dan selalu terdiri dari 2 Jendela bergaya bali yang mengapit 1
pintu bergaya bali pula dan ditopang oleh 4 sendi yang berdiri sejajar, yang
kedua “Bale Dangin”, yaitu bangunan yang dilihat yang terletak di timur yang difungsikan
sebagai teras,atau difungsikan sebagai tempat peristirahatan sementara bagi
orang yang sudah meninggal dunia, dan jika dilihat dari segi arsitekturnya
bagunan ini memiliki pondasi sekitar 50-90 cm dari tanah dan selalu memiliki
sendi bergaya bali dengan jumlah minimal 8 buah , dan yang ketiga adalah “Bale
Dauh” dan “Paon Penyakanan”.
Bale Dauh adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat tidur kalangan
keluarga, Bangunan ini biasanya sudah mengalami modifikasi sesuai dengan
keperluan seperti Kamar mandi dan Ruang tamu yang terletak di dalam.
Di Penglipuran bangunan ini masih dibuat
dengan pondasi 30cm dari permukaan tanah, dengan dinding dari anyaman bambu dan
atap mengikuti dari Angkul-angkul yaitu dari bambu, dapur dalam bahasa bali
disebut dengan “Paon Penyakanan” , bangunan ini biasanya terletak di sebelah
selatan, dan menggunakan pondasi dari tanah liat yang sudah mengering,
anyaman bambu sekali lagi dipilih sebagai dinding, dan atap juga terbuat
dari bambu.
Nuansa arsitektur nontradisional “modern” baru merambah ke Penglipuran ketika pemerintah mulai membangun kawasan ini untuk pertama kalinya sebagai Taman Makam Pahlawan (pada saat revolusi, Penglipuran merupakan basis sekaligus bentang pejuang Bangli), kemudian dilanjutkan dengan sekolah, jalan, jaringan listrik, air bersih, telepon, dan sebagainya.
* Motif Tumbuhan
Penggambaran/pengukiran motif tumbuh-tumbuhan
dalam seni ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun
stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis
tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan
(alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat motif tersebut
diciptakan.
*Motif Binatang
Penggambaran
binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi,
jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah
dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk
binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan
dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan
antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dan sebagainya.
· * Motif manusia
Manusia sebagai salah
satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara
terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam
pewayangan. Ukiran atau motif manusia ini biasa terdapat di jendela dan pintu
pada rumah di Desa Adat Penglipuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar