Sabtu, 18 Juni 2016

1.Perancangan Arsitektur - Desa Penglipuran

   Melihat dari segi Arsitekturnya, Desa Penglipuran mempunyai ciri tersendiri, Mulai dari pintu utama atau “Angkul-Angkul”. Pintu utama pada setiap Rumah di Desa Penglipuran berdiri dengan model/bentuk dan bahan yang sama,dimulai dari pondasi yang menggunakan tanah dan batu dengan sedikit semen, lalu  batu bata digunakan sebagai sebagai bahan dasar “Angkul-Angkul” tersebut, atap dipilih menggunakan bambu agar selaras dengan penggunaan batu bata selain itu penggunaan bambu sebagai atap karena di Desa Penglipuran sangat mudah mendapatkan bambu.
  Menuju ke dalam, Desa Pengipuran  masih menggunakan ajaran “Asta Kosala Kosali” yang merujuk ke arah pengaturan tata letak, hal ini sangat jelas dengan selalu adanya “Bale Daja” yaitu bangunan yang terletak disebelah utara yang biasanya difungsikan untuk tempat tidur orang yang dihormati.
Melihat dari segi strukturalnya, Bale Daja biasanya memiliki pondasi hingga 80-100 cm dan selalu terdiri dari 2 Jendela bergaya bali yang mengapit 1 pintu bergaya bali pula dan ditopang oleh 4 sendi yang berdiri sejajar, yang kedua “Bale Dangin”, yaitu bangunan yang dilihat yang terletak di timur yang difungsikan sebagai teras,atau difungsikan sebagai tempat peristirahatan sementara bagi orang yang sudah meninggal dunia, dan jika dilihat dari segi arsitekturnya bagunan ini memiliki pondasi sekitar 50-90 cm dari tanah dan selalu memiliki sendi bergaya bali dengan jumlah minimal 8 buah , dan yang ketiga adalah “Bale Dauh” dan “Paon Penyakanan”.
Bale Dauh adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat tidur kalangan keluarga, Bangunan ini biasanya sudah mengalami modifikasi sesuai dengan keperluan seperti Kamar mandi dan Ruang tamu yang terletak di dalam.



 Di Penglipuran bangunan ini masih dibuat dengan pondasi 30cm dari permukaan tanah, dengan dinding dari anyaman bambu dan atap mengikuti dari Angkul-angkul yaitu dari bambu, dapur dalam bahasa bali disebut dengan “Paon Penyakanan” , bangunan ini biasanya terletak di sebelah selatan, dan menggunakan pondasi dari tanah liat yang sudah mengering, anyaman  bambu sekali lagi dipilih sebagai dinding, dan atap juga terbuat dari bambu.
Nuansa arsitektur nontradisional “modern” baru merambah ke Penglipuran ketika pemerintah mulai membangun kawasan ini untuk pertama kalinya sebagai Taman Makam Pahlawan (pada saat revolusi, Penglipuran merupakan basis sekaligus bentang pejuang Bangli), kemudian dilanjutkan dengan sekolah, jalan, jaringan listrik, air bersih, telepon, dan sebagainya. 


* Motif Tumbuhan
Penggambaran/pengukiran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat motif tersebut diciptakan.

*Motif Binatang
Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah dan sebagainya.

·            * Motif manusia
Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan. Ukiran atau motif manusia ini biasa terdapat di jendela dan pintu pada rumah di Desa Adat Penglipuran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar