Sabtu, 18 Juni 2016

Sejarah - Desa Penglipuran

Desa Wisata Adat Penglipuran, terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Dan berjarak 5 Km arah utara dari Kota Bangli dan 45 Km dari kota Denpasar. Luas Desa Penglipuran adalah 112 Ha, 9 Ha digunakan sebagai pemukiman warga dan sisanya adalah hutan dan tanah tegalan atau ladang.
Nama Desa Penglipuran menurut cerita para sesepuh tua di sana berarti “penglipur” yang berarti menghibur dan juga ada cerita lain dari asal nama itu diambil dari kata ”pengeling pura” yang artinya ingat pada leluhur. Cerita ini dikaitkan dengan hijrahnya leluhur masyarakat bayung gede di wilayah Kintamani ke Desa Penglipuran yang sekarang. Untuk mengingat tempat leluhurnya maka dibangunlah tempat persembayangan yang fungsinya sama dengan tempat persembahyangan yang terdapat di desa Bayung Gede. Tempat persembahyangannya adalah Pura Bale Agung, Pura Puseh, Pura Dalem, dan Pura Dukuh. Keempat pura ini sampai sekarang masih disungsung oleh masyarakat Desa Penglipuran. Rasa  ingat tanah asal dari leluhur mereka yaitu desa Bayung Gede inilah makna dari pembangunan pura tersebut.
     Rumah-rumah yang ada di desa ini dari Utara ke Selatan tampak indah khususnya pintu masuk tradisional Bali yang dibuat mirip satu sama lain. Struktur rumah satu sama lain adalah sama dalam kondisi tertentu, bentuk, ukuran dan fungsi kecuali rumah untuk ruang tidur keluarga.
              Desa ini dimimpin dengan seorang yang disebut Bendesa Adat dan dibantu oleh Penyarikan. Sistem organisasi desa disebut "Ulu Apad" yang merupakan salah satu Sistem Organisasi Bali tertua . Dalam sistem itu, ada 76 anggota menjadi wakil desa. Bagian atas 12 anggota yang disebut "Kanca Roras". Imam desa disebut Jero Kubayan, ada dua Jero Kubayan mereka Jero Kubayan Mucuk dan Jero Kubayan Nyoman.
             Di ujung jalan utama terlihat pura yang merupakan landmark kawasan. Sebuahpura yang menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Desa Penglipuran. Seperti desa adat lainnya, banyak ritual keagamaan yang terselenggara di sana.
Terdapat jalan utama yang membelah desa dengan deretan gerbang/pintu masuk menuju rumah-rumah. Pintu masuk ke tiap rumah di desain dengan bentuk yang sama, biasa disebut angko-angko. Pintu sengaja dibuat tidak terlalu lebar dengan maksud agar tidak dapat dilalui oleh motor. Tiap gerbang ditempeli tulisan keterangan tentang nama pemilik rumah dan anggota keluarga.
Jalan utama terus menanjak, disertai undakan-undakan dan di ujungnya terdapat pura. Jalan-jalan di lingkungan perumahan terbuat dari batu alam yang dihiasi rumput  disepanjang kanan dan kiri jalan. Mayoritas tumbuhan yang di tanam di depan rumah-rumah warga adalah pohon bunga kamboja
            Berdasarkan Data Tahun 2012 Bulan September, jumlah penduduk Desa Penglipuran sebanyak 927 orang dengan jumlah KK 232 orang yang hidup sabagian besar sebagai petani dan sebagian kecil sebagai Pegawai Negeri. Seni Budaya dan Cenderamata berkembang pesat di desa terpencil ini. Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang hingga kini masih dilestarikan dalam bentuk Rumah Adat Tradisional dengan kekhasan tersendiri yang membedakan desa Penglipuran dari desa-desa lain yang ada di Bali.
    Hutan ini dimiliki oleh Desa dan sebagian milik Penduduk setempat dengan luas 45 Ha yang dipakai untuk keperluan penduduk membangun rumah dan kerajinan tangan disamping untuk keperluan upacara adat. Disamping itu hutan ini juga berfungsi sebagai penyerap air disaat hujan dan penyedia air bersih di musim kemarau bagi desa yang berada dibawahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar