Sabtu, 18 Juni 2016

1. Perancangan Arsitektur - Garuda Wisnu Kencana

1.  Perancangan Arsitektur
Kompleks fasilitas rekreasi dan taman budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) terletak di tapak seluas dua hektar di kawasan Jimbaran provinsi Bali. Proyek ini dimulai oleh NuArt Studio
sejak tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 2008. Posisinya secara geografis pada dataran tinggi yang dikelilingi jurang, kurang subur, berhawa kering dan terjal di bagian ujung paling selatan pulau Bali.
ü    Tapak Objek
Secara historis tapak GWK ini dahulunya dikenal sebagai kawasan yang kurang diminati untuk dikembangkan sebagai fasilitas publik karena dahulunya lahan penambangan batu kapur untuk bangunan dan seni dan sekarang ditinggalkan. Akibat darinya secara fisik tercipta suatu rona lingkungan yang berbentuk cekungan-cekungan lebar di lereng dan berjurang-jurang.
Tapak GWK dikelilingi sebuah fasilitas keagamaan dan fasilitas permukiman. Tapak fasilitas GWK ditata mengikuti rona lingkungan. Akivitas yang diwadahi bervariasi dan kompleks. Mulai dari taman bermain, taman air, museum, ruang festival dan sebuah patung monumental. Beberapa hal yang menarik adalah konfigurasi dinding-dinding monumental yang merupakan sisa-sisa penambangan batu kapur  dijadikan bentuk gapura penyambutan yang berkarakter.  Impresi umum GWK adalah kesan alami (earthworks), kesan primitif Bali pra sejarah, klasik sekaligus Bali moderen. Taman air khas Bali didapati di setiap sudut di dalam bentang alam GWK antara lain taman lotus dan air mancur.
ü  Detail Arsitektur
Proyek ini merupakan karya dari prinsipal N. Nuarta yang juga berprofesi sebagai seniman patung skala monumental dan kerapkali menggunakan logam sebagai material utama. Tidak mengherankan apabila arsitek kemudian menempatkan sebuah fitur patung logam setinggi 23 m berada di atas sebuah bangunan pedestal setinggi 11 lantai dan ketinggian total adalah 146 m dari permukaan tanah menjadi focal point-nya.
Peran patung berfigur avatar Wisnu dijadikan elemen terdepan secara visual di dalam skala kawasan dan disadari juga merupakan bagian dari elemen kota Denpasar yang terletak sekitar 10 km di posisi bawahnya ke arah utara. Pola papan catur dan sumbu kuno khas arsitektur Bali dijadikan orientasi pengembangan fasilitas dan program GWK.

ü  Fasade Objek
Sekuen penetrasi bentang alam berorientasi ke arah barat timur garis edar matahari. Pe-zoning-anya meliputi ruang penerima di daerah barat dan fasilitas utama berupa pedestal dan patung berada di ujung tertinggi paling timur. Simbol-simbol siklus kehidupan dan aktivitas sehari-hari masyarakat lokal Bali telah dikenal sebagai orientasi barat-timur ini.
Aspek audibilitas terhadap kawasan ditimbulkan suatu ekspos fasad bagian utara bentang alam dan mengandung suatu simbol. Hal tersebut merupakan gambaran konsep makrokosmos hinduisme karena jalinan substansi elemen pembentuk alam yaitu laut (air), gunung (api) dan laut (air).
Jalinan elemen alam tersebut didapatkan di tata hijau GWK. Seperti halnya penataan fasad semacam ini yang secara langsung menghadap figur gunung Agung di bagian utara dan secara keseluruhan GWK dilatarbelakangi figur segara/laut dan patung/GWK sebagai simbol benua/daratannya.

ü  Konsep Desain
Patung Garuda Wisnu dijadikan fokus, area pamer, pusat orientasi sekaligus ditempatkan pada posisi yang merupakan titik tertinggi secara vertikal di bentang alam. Di samping itu hal tersebut merupakan manifestasi simbol pemelihara alam Wisnu yang diagungkan oleh masyarakat lokal.

Nilai-nilai lokal diangkat menjadi nilai yang senantiasa universal dan diharapkan agar dapat diepresiasi secara internasional melalui sebuah fungsi baru berupa taman budaya GWK. Pendekatan konseptual berdasarkan sifat dan ciri masyarakat Bali ini mungkin akan menjadikan GWK sebagai salah satu simbol baru kegiatan pariwisata Indonesia.

1 komentar: